Pangkalpinang — Insiden dugaan penggeroyokan oleh oknum anggota TNI terhadap sekuriti Grand Milenium Club (GMC), Gama Lingga Karisma, berbuntut panjang. Korban secara resmi melaporkan kejadian tersebut ke Unit Pelayanan dan Pengaduan Polisi Militer (Denpom) II/5 Bangka pada Rabu (19/11/2025) siang.
Gama datang membuat laporan setelah mengalami pemukulan di area klub malam GMC, Jalan Koba, Pangkalpinang, pada Selasa (18/11/2025) malam sekitar pukul 23.00 WIB. Ia mengaku dipukul oleh dua pria yang diduga merupakan anggota TNI berinisial W (Wildan) dan M (Mika).
Korban mengalami luka di kepala, kening, telinga, dan area sekitar mata.
Gama mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya harus membuat laporan ke Polisi Militer karena merasa keselamatannya terancam dan tidak mendapat perlindungan dari pihak manajemen GMC.
“Saya sudah resmi buat laporan. Saya hanya jalankan tugas, tapi malah kena pukul. Saya lari karena kalau tidak, mungkin saya bisa lebih parah,” ujar Gama.
Menurutnya, pemukulan terjadi karena pelaku mengira dirinya bagian dari warga sipil yang diduga menjual inek palsu kepada para oknum tersebut.
Manager GMC Terkesan Mengelak dari Pertanyaan Media
Tim Media kemudian meminta klarifikasi dari Manager GMC, Tedy, terkait sejumlah pertanyaan krusial mengenai peristiwa malam itu:
1. Benarkah telah terjadi pemukulan terhadap sekuriti GMC oleh dua oknum anggota TNI bernama Wildan dan Mika?
2. Apakah benar keributan dipicu dugaan transaksi inek palsu?
3. Mengapa sekuriti GMC tidak memakai seragam resmi?
4. Apakah musik dan operasional klub tidak dihentikan saat keributan terjadi?
5. Apa SOP keamanan GMC saat insiden?
6. Bagaimana pengawasan manajemen terkait dugaan transaksi obat terlarang?
7. Langkah apa yang diambil manajemen pasca insiden?
Namun Tedy hanya menjawab singkat:
“Kejadian tadi malam benar, cuma keributan itu karena apa kurang tahu. Yang bermasalah itu tamu, dan kebetulan security saya mau pisahin hanya karena terpukul saja. Pemukulannya salah orang saja,” tulisnya lewat pesan singkat.
Ketika ditanya ulang tentang poin 4, Tedy memberikan jawaban berbeda:
“Iya memang tidak (dihentikan). Karena kondisi sudah saya amankan kedua belah pihak,” balasnya.
GMC Disebut Beroperasi hingga Pukul 05.00 Pagi
Tim Media juga menanyakan informasi bahwa GMC kerap buka hingga lewat batas jam operasional hiburan malam. Tedy membenarkan hal tersebut:
“Itu ketika tamu lagi ramai dan penuh.”
Saat ditanya mengenai identitas pelaku pemukulan, ia menjawab:
“Pelaku saya hanya dapat laporan dari karyawan, dan di saat keributan itu ada anggota namanya Mika.”
Korban Kecewa: Musik DJ Tetap Dihidupkan Saat Keributan
Gama menyesalkan sikap manajemen yang menurutnya tidak memberi perlindungan sama sekali.
“Saya dikejar, dipukul, tapi musik tetap main. Manager tetap pegang mixer. Lampu sempat hidup, tapi musik tidak dihentikan,” jelasnya.
Kesaksian Pengunjung: “Situasi Mencekam, Saya Juga Kena Bogem”
Seorang pengunjung bernama Afiz membenarkan situasi chaos di dalam GMC malam itu. Ia mengaku turut kena pukul saat mencoba membantu melerai.
“Saya ikut kena bogem. Security dikejar sampai panggung DJ. Manager tetap mainkan musik,” ujarnya.
Afiz juga menyebut ada korban lain bernama Danu, yang merupakan pihak pertama yang berkonflik dengan beberapa oknum tentara tersebut.
“Danu katanya dihajar karena masalah satu butir barang oplosan. Wajahnya sudah hancur, pelipisnya koyak, darah keluar banyak,” ujarnya.
Belum Ada Keterangan Resmi dari Korem
Hingga berita ini diterbitkan, Korem 045/Garuda Jaya belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai dugaan keterlibatan anggotanya.
Tim media masih berupaya melakukan konfirmasi lanjutan.(CitrA)






