Sementara itu, terkait dalam menangani persoalan tambang ilegal, menurut Marshal, haruslah dilakukan pendekatan yang komprehensif terhadap masyarakat, khususnya yang terdampak secara langsung.
Kendati begitu, dirinya juga tak menampik bahwa hingga saat ini masih begitu banyak masyarakat yang mejadikan sektor tambang sebagai mata pencarian utama dan penutupan tambang tanpa alternatif dapat berdampak buruk terhadap ekonomi lokal.
Berikut contoh solusi yang ditawarkan dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat :
1. Pelatihan dan Pendidikan Keterampilan Alternatif kepada masyarakat sesuai latar belakang pendidikan masyarakat, seperti pertanian, peternakan, atau usaha kecil dan Program ini bisa disesuaikan dengan potensi daerah setempat.
2. Dukungan untuk Usaha Mikro dalam bentuk bantuan modal atau akses ke kredit mikro bisa diberikan bagi mereka yang ingin memulai usaha baru setelah tambang ditutup.
3. Pengembangan Ekonomi Lokal perlu mengidentifikasi potensi lain yang ada di daerah tersebut, seperti pariwisata, kerajinan, atau pertanian berkelanjutan, dan mendukung perkembangan sektor tersebut untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru.
4. Keterlibatan Komunitas dalam Keputusan yang melibatkan komponen dan elemen masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan terkait penutupan tambang. Dengan adanya dialog, solusi yang lebih adil dan berkelanjutan dapat dirancang bersama.
“Pendekatan seperti ini menunjukkan bahwa kebijakan tidak hanya memikirkan kelestarian lingkungan, tetapi juga kesejahteraan masyarakat itu sendiri,” ungkapnya lagi.
Walaupun demikian, Marshal kembali menegaskan, bahwa tujuan pembahasan kali ini tak lepas dari kontribusi PT Timah untuk Babel. Bahkan, bila perlu ‘manajemen konflik’ akan dimunculkan sebagai nilai tawar bagi Babel kepada PT Timah agar keinginan dalam menaikan royalti dapat terwujud.
“Kita hanya menginginkan nilai tawar yang tinggi dalam kontribusi timah melalui royalti 10% tersebut, karena lambat laun Timah akan habis dan pengangguran pasti akan terjadi, bila hanya mengandalkan 1% dari royalti timah, kapan kita bisa membangun Babel kembali,” tutupnya.
(T-APPI)